PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SKEMA PENGABDIAN MASYARAKAT PEMULA
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGRAJIN TENUN UNTUK MENJAGA KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN PEWARNA DEDAUNAN SEBAGAI PEWARNA KAIN TENUN SESEK

MATARAM-Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan (STTL) Mataram mendorong perajin tenun di Desa Kembang Kerang Daya, Lombok Timur, beralih ke pewarna alami berbahan dedaunan. Langkah ini menjadi upaya menjaga kelestarian lingkungan sekaligus kesehatan masyarakat. Program tersebut dikemas dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) bertajuk Pemberdayaan Masyarakat Perajin Tenun untuk Menjaga Kesehatan Lingkungan dengan Pewarna Alami Dedaunan Sebagai Pewarna Kain Tenun Sesek, yang berlangsung 8-10 Agustus 2025.
Ketua Tim Pelaksana PKM STTL Mataram Muhamad Majdi menjelaskan kegiatan ini bagian dari Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat di bawah Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kemendiktisaintek. “Fokusnya adalah mendorong perajin beralih dari pewarna sintetis ke pewarna alami yang lebih aman bagi lingkungan dan kesehatan,” ujarnya. Selama ini, Desa Kembang Kerang Daya dikenal sebagai sentra industri tenun sesek tradisional. Namun di balik keindahan kainnya, tersimpan persoalan lingkungan. Banyak perajin masih memakai pewarnakimia yang menghasilkan limbah cair berbahaya. “Selama ini limbah pewarna dibuang langsung ke tanah atau selokan yang mengalir ke sungai,” kata Majdi.
Kondisi tersebut melanggar ketentuan Peraturan Menteri LH Nomor 12 Ta- hun 2025 dan Permen LHK Nomor 5 Tahun 2021 karena mencemari air, tanah, dan udara. “Masalah ini muncul karena minimnya pengetahuan perajin tentang bahaya bahan kimia dan belum adanya sistem pengolahan limbah,” tambahnya.
Anggota tim PKM, Tina Melinda, mengatakan pihaknya memberikan sosialisasi dan pelatihan pembuatan pewarna alami menggunakan bahan lokal seperti daun ketapang, mahoni, mangga, dan jambu biji. “Kami ajak mereka praktik langsung agar bisa membuat pewarna alami secara mandiri,” ujarnya.
Hasilnya, perubahan signifikan mulai terlihat. Penggunaan pewarna alami oleh perajin meningkat dari 0 persen menjadi 60 persen, sedangkan pewarna sintetis menurun dari 100 persen menjadi 50 persen. Pengetahuan tentang dampak lingkungan naik dari 50 menjadi 70 persen, dan kemampuan teknis perajin dalam membuat pewarna alami mencapai 80 persen. Tahapan kegiatan meliputi penimbangan, pencacahan, dan pemasakan dedaunan, pembuatan mordant untuk fiksasi warna, pewarnaan benang, hingga pengeringan sebelum proses penenunan.
Anggota tim lainnya, Bidarita Widiati menjelaskan, tim juga membantu kelompok perajin menentukan Key Performance Indicator (KPI) untuk memantau keberhasilan program. “Kami evaluasi rutin, mulai dari identifikasi limbah, sasaran kerja, sampai perkembangan penggunaan pewarna alami,” katanya.
Menurutnya, tujuan utama program ini bukan hanya menjaga kesehatan lingkungan, tetapi juga meningkatkan daya saing usaha tenun agar berkelanjutan. Kini, produksi tenun sesek di Desa Kembang Kerang Daya mulai ramah lingkungan tanpa meninggalkan nilai tradisi.
Inovasi berbasis dedaunan lokal ini tak hanya menjaga kebersihan air dan tanah, tapi juga menjadi langkah konkret melestarikan budaya dan ekologi Lombok Timur.
Tim PKM STTL Mataram menyampaikan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat atas dukungan pendanaan melalui Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat Tahun Anggaran 2025, serta seluruh pihak yang membantu pelaksanaan kegiatan tersebut.
Sumber: NTB – Lombok Post
